Jumat, 04 Januari 2013


Mengaitkan kehidupan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial
A.    Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat


Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang lebih sering disebut dengan Keraton Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan yang hingga kini masih berdiri di Indonesia, dapat dikatakan pula bahwa Keraton Yogyakarta merupakan pusat atau merupakan suatu bentuk pelestarian budaya jawa. Seperti halnya kerajaan dimanapun, keraton Yogyakarta pun memiliki suatu sistem adat istiadat yang hingga kini masih dipertahankan. Selain adat istiadat, salah satu ciri khas dari keraton Yogyakarta yakni kentalnya unsur-unsur agama Islam dalam kehidupan keraton. Hal ini dapat dilihat dari baju khusus abdi dalem yang memiliki kancing di bagian leher yang berjumlah enam buah sebagai simbol rukun iman dan lima kancing dibagian lengan sebagai simbol rukun Islam yang berjumlah lima buah. Adapun adat istiadat beserta unsur-unsur Islam tersebut terus dipegang teguh, khususnya oleh masyarakat keraton sendiri.
Layaknya kehidupan kerajaan dimanapun, maka keraton Yogyakarta juga memiliki perangkat-perangkat tertentu dengan tugas khusus yang saling berhubungan demi berjalannya kehidupan keraton, keraton Yogyakarta pun selain menjadi tempat tinggal raja beserta keluarganya, juga merupakan rumah kedua bagi seluruh pegawai keraton atau para abdi dalem.
Abdi dalem di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Melaui Keraton Yogyakarta, kita dapat melihat secara langsung bagaimana suatu budaya terus dilestarikan ditengah-tengah kehidupan yang semakin moderen. Banyak nilai yang dapat kita ambil dalam kehidupan keraton ini, baik itu dilihat dari segi budaya, kehidupan raja, kehidupan masyarakat setempat maupun kehidupan para abdi dalem. Adapun beberapa nilai tersebut yakni, pengabdian, keikhlasan, kesopanan, dan lain sebagainya.
salah satu Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Salah satu hal yang menarik dari keraton Yogyakarta adalah mengenai kehidupan para abdi dalem, yang begitu ikhlas menjalani setiap detik hidupnya selama menjadi abdi dalem. Meskipun jika dilihat dari segi materi, tentu gaji atau upah yang diberikan oleh pihak keraton kepada para abdi dalemnya tidak seberapa. Namun karena didasari oleh niat untuk mengabdi pada keraton dengan penuh keikhlasan demi mengharapkan keberkahan dalam hidup, maka para abdi tidak dipusingkan dengan masalah upah yang sangat minim dari pihak keraton, malah mereka merasakan ketentraman hidup setelah mengabdikan dirinya pada keraton.
Para abdi dalem tidak memandang rendah terhadap pekerjaan ini, namun mereka mengaku malah merasa bangga dapat mengabdikan diri mereka untuk keraton serta dapat menjadi bagian dari keraton. Mereka mengganggap bahwa menjadi abdi dalem adalah suatu jabatan yang terhormat yang membanggakan. Namun disamping tugasnya menjadi seorang abdi dalem, mereka pun memiliki pekerjaan sampingan yang beragam, seperti bertani, berternak, buruh, pekerja serabutan, pensiunan, hingga pegawai negeri.
Sebelum para abdi dalem resmi menjadi abdi dalem keraton, oleh pihak keraton mereka mendapat pawiatan (pelajaran) tentang budi pekerti, budaya jawa khususnya budaya keraton, dan juga agama Islam.
Jika kehidupan abdi dalem dikaitkan pada ketujun disiplin ilmu-ilmu sosial maka, berikut uraiannya:
a.       Sosiologi
Dari segi ilmu sosiologi, kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada suatu konsep sosiologi yakni patronase. Dalam patronase, dimana patron adalah gusti atau juragan, dan klien adalah kawula. Hubungan gusti dengan kawula tersebut bersifat ikatan pribadi, implisit dianggap mengikat seluruh hidup, seumur hidup dengan loyalitas primordial sebagai dasar tali perhubungan. Patronase dapat kita lihat dari kesetiaan para abdi dalem mengabdi pada keraton.

b.      Antropologi
Dari segi antropologi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada konsep enkulturasi, dimana enkulturasi mengacu pada proses pembelajaran kebudayaan, yang mana sebelum para abdi dalem tersebut resmi diterima menjadi abdi dalem, mereka harus melalui suatu pembelajaran yang di khususkan oleh pihak keraton. Adapun pembelajaran tersebut yang diutamakan adalah pembelajaran kebudayaan jawa serta adat istiadat keraton serta agama Islam.

c.       Geografi
Dari segi geografi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada suatu konsep tempat, dimana konsep tempat merujuk kepada suatu wilayah dimana orang hidup berada. Yang makna dalam analisis geografi konsep tempat memiliki peran penting karena kedudukan serta kontribusi tempat memberi banyak arti dan makna bagi manusia serta orgasme lainnya. Melalui konsep ini kita dapat menganalisis mengenai kaitan antara abdi dalem dengan keraton, dimana dalam lingkungan keraton memiliki adat istiadat khusus yang sedikit banyak telah memberikan banyak arti serta makna hidup bagi para abdi dalem, serta melalui hal tersebut sangat berpengaruh badi para abdi dalem tersebut, salah satunya yakni tumbuhnya jiwa ketaatan serta pengabdian yang tinggi dalam diri para abdi dalem tersebut.

d.      Sejarah
Jika dilihat dari segi sejarahnya, maka jiwa pengabdian dan sopan santun ini telah dijaga dan terus dilaksanakan secara turun temurun, hal ini menjadi suatu ciri khas tersendiri, dan hal ini pun yang telah menjadikan abdi dalem merupakan suatu hal yang banyak orang ingin menelitinya.

e.       Ekonomi
Jika dilihat dari segi ilmu ekonomi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada salah satu konsep ekonomi yakni, konsep kebutuhan dasar. Dimana salah satu definisi dari konsep ini adalah, kebutuhan dasar meliputi jumlah minimum tertentu yang dibutuhkan oleh suatu keluarga untuk konsumsi pribadi, meliputi makanan, perumahan, sandang, serta perabot dan peralatan rumah tangga. Dengan konsep ini kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem dari segi gaji atau upah yang diterima abdi dalem. Yang mana upah tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar sesuai dengan konsep kebutuhan dasar, sehingga selain bekerja sebagai abdi dalem keraton, mereka pun memiliki pekerjaan sampingan yang lain, seperti bertani, buruh hingga pegawai negeri.

f.       Psikologi
Jika dilihat dari segi ilmu psikologi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada salah satu konsep ilmu psikologi yakni konsep motivasi, dimana pengertian dari konsep motivasi yakni suatu keadaan dan ketegangan individu yang membangkitkan dan memelihara serta mengarahkan tingkah laku yang mendorong (drive) menuju pada suatu tujuan (good) untuk mencapai suatu kebutuhan (need). Pada dasarnya salah satu hal yang memotivasi abdi dalem untuk terus mengabdi pada keraton adalah untuk memperoleh berkah dalam hidup serta memperoleh ketentraman dalam hidup karena merasakan ikhlasnya menjalani hidup ini dengan ikhlas.

g.      Politik
Jika dikaitkan dengan politik, maka ada pula abdi dalem yang bertugas di bidang pemerintahan keraton. Dalam ilmu politik pun ada pula konsep Hak Asasi Manusia, jika dikaitkan dengan abdi dalem, banyak kalangan yang memandang negativ terhadap pengabdian abdi dalem, bahkan beberapa orang menganggap bahwa  menjadi abdi dalem adalah pekerjaan yang nista dan pihak keraton atau sultan adalah yang rakus dan senang memperbudak. Namun sebenarnya menjadi abdi dalem adalah keinginan sendiri dan hal ini tidak melanggar hak-hak orang yang menjadi abdi dalem, karena pada dasarnya mereka yang menjadi abdi dalem ingin mendapat keberkahan dalam hidup.

Sumber Referensi Gambar: http://jogjatravelling.wordpress.com/2012/05/23/wisata-di-istana-kraton-yogyakarta/