Mengaitkan kehidupan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial
A.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang lebih sering disebut dengan Keraton
Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan yang hingga kini masih berdiri di
Indonesia, dapat dikatakan pula bahwa Keraton Yogyakarta merupakan pusat atau
merupakan suatu bentuk pelestarian budaya jawa. Seperti halnya kerajaan
dimanapun, keraton Yogyakarta pun memiliki suatu sistem adat istiadat yang
hingga kini masih dipertahankan. Selain adat istiadat, salah satu ciri khas
dari keraton Yogyakarta yakni kentalnya unsur-unsur agama Islam dalam kehidupan
keraton. Hal ini dapat dilihat dari baju khusus abdi dalem yang memiliki
kancing di bagian leher yang berjumlah enam buah sebagai simbol rukun iman dan
lima kancing dibagian lengan sebagai simbol rukun Islam yang berjumlah lima buah.
Adapun adat istiadat beserta unsur-unsur Islam tersebut terus dipegang teguh,
khususnya oleh masyarakat keraton sendiri.
Layaknya
kehidupan kerajaan dimanapun, maka keraton Yogyakarta juga memiliki perangkat-perangkat
tertentu dengan tugas khusus yang saling berhubungan demi berjalannya kehidupan
keraton, keraton Yogyakarta pun selain menjadi tempat tinggal raja beserta
keluarganya, juga merupakan rumah kedua bagi seluruh pegawai keraton atau para
abdi dalem.
Abdi dalem di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Melaui
Keraton Yogyakarta, kita dapat melihat secara langsung bagaimana suatu budaya
terus dilestarikan ditengah-tengah kehidupan yang semakin moderen. Banyak nilai
yang dapat kita ambil dalam kehidupan keraton ini, baik itu dilihat dari segi
budaya, kehidupan raja, kehidupan masyarakat setempat maupun kehidupan para
abdi dalem. Adapun beberapa nilai tersebut yakni, pengabdian, keikhlasan,
kesopanan, dan lain sebagainya.
salah satu Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Salah
satu hal yang menarik dari keraton Yogyakarta adalah mengenai kehidupan para
abdi dalem, yang begitu ikhlas menjalani setiap detik hidupnya selama menjadi
abdi dalem. Meskipun jika dilihat dari segi materi, tentu gaji atau upah yang
diberikan oleh pihak keraton kepada para abdi dalemnya tidak seberapa. Namun
karena didasari oleh niat untuk mengabdi pada keraton dengan penuh keikhlasan
demi mengharapkan keberkahan dalam hidup, maka para abdi tidak dipusingkan
dengan masalah upah yang sangat minim dari pihak keraton, malah mereka
merasakan ketentraman hidup setelah mengabdikan dirinya pada keraton.
Para
abdi dalem tidak memandang rendah terhadap pekerjaan ini, namun mereka mengaku
malah merasa bangga dapat mengabdikan diri mereka untuk keraton serta dapat
menjadi bagian dari keraton. Mereka mengganggap bahwa menjadi abdi dalem adalah
suatu jabatan yang terhormat yang membanggakan. Namun disamping tugasnya
menjadi seorang abdi dalem, mereka pun memiliki pekerjaan sampingan yang
beragam, seperti bertani, berternak, buruh, pekerja serabutan, pensiunan,
hingga pegawai negeri.
Sebelum
para abdi dalem resmi menjadi abdi dalem keraton, oleh pihak keraton mereka
mendapat pawiatan (pelajaran) tentang budi pekerti, budaya jawa khususnya
budaya keraton, dan juga agama Islam.
Jika
kehidupan abdi dalem dikaitkan pada ketujun disiplin ilmu-ilmu sosial maka,
berikut uraiannya:
a.
Sosiologi
Dari
segi ilmu sosiologi, kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada suatu
konsep sosiologi yakni patronase. Dalam patronase, dimana patron adalah gusti
atau juragan, dan klien adalah kawula. Hubungan gusti dengan kawula tersebut
bersifat ikatan pribadi, implisit dianggap mengikat seluruh hidup, seumur hidup
dengan loyalitas primordial sebagai dasar tali perhubungan. Patronase dapat
kita lihat dari kesetiaan para abdi dalem mengabdi pada keraton.
b.
Antropologi
Dari
segi antropologi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada konsep
enkulturasi, dimana enkulturasi mengacu pada proses pembelajaran kebudayaan,
yang mana sebelum para abdi dalem tersebut resmi diterima menjadi abdi dalem,
mereka harus melalui suatu pembelajaran yang di khususkan oleh pihak keraton. Adapun
pembelajaran tersebut yang diutamakan adalah pembelajaran kebudayaan jawa serta
adat istiadat keraton serta agama Islam.
c.
Geografi
Dari
segi geografi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem ini pada suatu
konsep tempat, dimana konsep tempat merujuk kepada suatu wilayah dimana orang
hidup berada. Yang makna dalam analisis geografi konsep tempat memiliki peran
penting karena kedudukan serta kontribusi tempat memberi banyak arti dan makna
bagi manusia serta orgasme lainnya. Melalui konsep ini kita dapat menganalisis
mengenai kaitan antara abdi dalem dengan keraton, dimana dalam lingkungan
keraton memiliki adat istiadat khusus yang sedikit banyak telah memberikan
banyak arti serta makna hidup bagi para abdi dalem, serta melalui hal tersebut
sangat berpengaruh badi para abdi dalem tersebut, salah satunya yakni tumbuhnya
jiwa ketaatan serta pengabdian yang tinggi dalam diri para abdi dalem tersebut.
d.
Sejarah
Jika
dilihat dari segi sejarahnya, maka jiwa pengabdian dan sopan santun ini telah
dijaga dan terus dilaksanakan secara turun temurun, hal ini menjadi suatu ciri
khas tersendiri, dan hal ini pun yang telah menjadikan abdi dalem merupakan
suatu hal yang banyak orang ingin menelitinya.
e.
Ekonomi
Jika
dilihat dari segi ilmu ekonomi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem
ini pada salah satu konsep ekonomi yakni, konsep kebutuhan dasar. Dimana salah
satu definisi dari konsep ini adalah, kebutuhan dasar meliputi jumlah minimum
tertentu yang dibutuhkan oleh suatu keluarga untuk konsumsi pribadi, meliputi
makanan, perumahan, sandang, serta perabot dan peralatan rumah tangga. Dengan
konsep ini kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem dari segi gaji atau upah
yang diterima abdi dalem. Yang mana upah tersebut tidak dapat mencukupi
kebutuhan dasar sesuai dengan konsep kebutuhan dasar, sehingga selain bekerja
sebagai abdi dalem keraton, mereka pun memiliki pekerjaan sampingan yang lain,
seperti bertani, buruh hingga pegawai negeri.
f.
Psikologi
Jika
dilihat dari segi ilmu psikologi, maka kita dapat mengaitkan masalah abdi dalem
ini pada salah satu konsep ilmu psikologi yakni konsep motivasi, dimana
pengertian dari konsep motivasi yakni suatu keadaan dan ketegangan individu
yang membangkitkan dan memelihara serta mengarahkan tingkah laku yang mendorong
(drive) menuju pada suatu tujuan (good) untuk mencapai suatu kebutuhan (need). Pada dasarnya salah satu hal yang
memotivasi abdi dalem untuk terus mengabdi pada keraton adalah untuk memperoleh
berkah dalam hidup serta memperoleh ketentraman dalam hidup karena merasakan
ikhlasnya menjalani hidup ini dengan ikhlas.
g.
Politik
Jika
dikaitkan dengan politik, maka ada pula abdi dalem yang bertugas di bidang
pemerintahan keraton. Dalam ilmu politik pun ada pula konsep Hak Asasi Manusia,
jika dikaitkan dengan abdi dalem, banyak kalangan yang memandang negativ
terhadap pengabdian abdi dalem, bahkan beberapa orang menganggap bahwa menjadi abdi dalem adalah pekerjaan yang nista
dan pihak keraton atau sultan adalah yang rakus dan senang memperbudak. Namun
sebenarnya menjadi abdi dalem adalah keinginan sendiri dan hal ini tidak
melanggar hak-hak orang yang menjadi abdi dalem, karena pada dasarnya mereka
yang menjadi abdi dalem ingin mendapat keberkahan dalam hidup.
Sumber Referensi Gambar: http://jogjatravelling.wordpress.com/2012/05/23/wisata-di-istana-kraton-yogyakarta/
Sumber Referensi Gambar: http://jogjatravelling.wordpress.com/2012/05/23/wisata-di-istana-kraton-yogyakarta/